Sex Ratio di Arab versus Nasib TKW Indonesia

Posted by Diposting oleh Unknown On 09.26



(Opini Fajar)

Gambar tabel berikut adalah data "Sex Ratio" atau perbandingan antara jumlah penduduk laki - laki dan perempuan pada kelompok umur tertentu di sebuah negara. Seperti yg bisa anda lihat pada tabel tsb. (kolom paling kanan atas). Di "Uni Emirat Arab" jumlah penduduk laki- laki dan perempuan pada usia 15 s/d 60 tahun adalah 2.74 . Artinya 1 perempuan berbanding hampir 3 laki - laki. Hal ini menunjukkan bahwa "Uni Emirat Arab" sangat KEKURANGAN PEREMPUAN. Bagaimana bisa terjadi?

Data ini diambil dari "World Factbook 2008" yang dirilis oleh CIA bersumber dari sensus penduduk negara yang bersangkutan. Angka "Sex Ratio" yang cukup tinggi di UAE dan negara2 arab lainnya menunjukkan diskriminasi gender di negara2 tsb. Dimana perempuan seringkali dianggap manusia kelas 2. Anak laki - laki jauh lebih berharga daripada anak perempuan. Bahkan bila bayi yg dikandung ternyata perempuan, mereka tak akan ragu untuk menggugurkannya. Lalu apa gunanya kita mengetahui data ini?

Indonesia adalah satu - satunya negara yg masih mengirimkan TKW ke negara2 arab sebagai tenaga PRT. Perlu diketahui, sampai hari ini tidak ada istilah "Pembantu Rumah Tangga" dalam bahasa arab, yg ada adalah "hamba sahaya". Ditambah dgn kondisi demografi seperti yg tertera pada data tadi, pantaslah kalau para TKW acapkali mendapatkan pelecehan selama bekerja. Belum lagi pihak oknum PJTKI yang tak kalah bejatnya. Seringkali calon TKW yg dikirim tidak diberi pelatihan yg memadai. Bahkan bahasa di tempat dimana dia akan bekerja pun tidak diajarkan. Bagaimana seandainya anda punya pembantu yg seperti ini? Disuruh cuci baju malah memasak? Atau keliru sabun cuci piring dipakai mencuci baju? Mungkin anda juga akan membentaknya? Memukulkan sapu ke tubuhnya? Atau menyiram mereka dgn air panas seperti cara orang2 arab itu menyiksa TKW kita?

 Pandangan majikan arab terhadap TKW

Kembali ke data "Sex Ratio" tadi. Berapa kali kita dengar dari berita di media massa, TKW kita mendapat hukuman "Qishas" atau hukuman mati karena membunuh majikannya? Kenapa mereka sampai bisa begitu? Jawabnya ya karena itu tadi. Perempuan adalah barang langka di arab. Semakin klop dgn status TKW kita yang dianggap budak. Jadi mereka menganggap sah - sah saja untuk melampiaskan syahwatnya pada hamba sahaya di rumah. Pembelaan dari TKW kita yg dijatuhi Qishas rata2 karena membela diri dari perbuatan majikannya. Yang BERKALI - KALI hendak atau sudah melakukan pemerkosaan pada mereka. Celakanya KBRI seringkali tidak bisa banyak menolong, karena memang itulah hukum yang berlaku disana. Nyawa dibalas nyawa, darah dibayar darah.

kenapa TKW rentan menjadi korban tindak kriminal

Seharusnya pemerintah kita menghentikan pengiriman TKW sebagai PRT sejak dulu. Fajar yakin sebetulnya pemerintah sudah tahu akan hal ini. Tapi mengapa pemerintah seakan menutup mata. Atau kenapa tidak meniru langkah dari pemerintah Filiphina? Tahukah anda? Di kebanyakan rumah sakit di Jerman perawatnya berasal dari Filiphina?

 http://m.bbc.co.uk/news/world-asia-18575810

 Ya! TKW yg terdidik dan terlatih! Bukankah masih ada banyak peluang dan ada banyak sektor yg membutuhkan tenaga kerja terdidik dan terlatih? Kenapa pemerintah Indonesia tidak punya cita - cita mengirim Apoteker, Bidan, Montir, Teknisi, Salesman atau Akuntan keluar negeri? Kenapa biaya pendidikan untuk bidang2 tsb dibuat mahal? Atau kalau memang masih belum mampu membuat warga negaranya menjadi tenaga kerja yg kompeten, kenapa tetap memaksa untuk mengirim mereka ke luar negeri?
Fajar jadi teringat pada ucapan dari Bapak Proklamator kita : "Lebih baik hujan batu di negeri sendiri, daripada hujan emas di negeri orang". Celakanya, ternyata setelah ke negeri orang pun tenaga kerja kita masih dihujani batu. Setelah tak mampu mensejahterakan penduduknya di negeri sendiri, kenapa masih mengirim kita untuk disiksa di negeri orang?


(Opini Fajar)

0 komentar

Posting Komentar