Semuanya dimulai di Turki pada tahun 1618.


Saat Avedis, seorang pandai besi keturunan Armenia mencari cara untuk membuat emas tiruan. Dia mencampur bijih Tembaga dan timah dengan sedikit sepuhan perak, lalu mencetaknya dalam bentuk lembaran cakram. Tak disangka Avedis malah menemukan campuran logam yg mempunyai bunyi unik, tahan pukul serta tampilan yg menarik. Campuran logam ini membuat Avedis diangkat menjadi pegawai kesultanan Ottoman sebagai pembuat cymbal untuk angkatan perang mereka. Bahkan Sultan Osman II memberi gelar "Zildjian" kepada Avedis yg berarti Zil (cymbal), Dji (pembuat), Ian (bahasa Turki untuk "bin" atau anak dari). Avedis mengabdi kepada Sultan sampai tahun 1623. Dimana Sultan mengijinkannya untuk membuka toko dan bengkel produsi di tengah kota Konstatinopel (sekarang Istanbul). Maka sejak saat itu Zildjian resmi berdiri dan beroperasi, sebagai produsen cymbal no. 1 di dunia.
 
Zildjian memproduksi dan menjual cymbal yang dibuat dari campuran logam rahasianya selama ratusan tahun. Hingga pada tahun 1971, Robert Zildjian membongkar resepnya." 80% tembaga, 20% timah dan sedikit sepuhan perak. Ini hampir sama dgn perunggu pada umumnya. Tapi kalau anda membuat perunggu dgn campuran tsb, dan mencetaknya dalam bentuk cymbal. Anda akan mendapatkan keripik kentang dari bahan logam, yg hancur pada pukulan pertama. Sebetulnya bukan campuran rahasia, tapi proses pencampuran, pencetakan, dan pengolahannyalah yang menjadi rahasia dari keluarga kami. Kakek kami menemukannya 4 abad yg lalu kemudian mewariskannya secara turun - temurun kepada kami." kata Robert Zildjian, keturunan ke 12 dari Avedis Zildjian (pendiri Sabian cymbal).


Proses produksi SABIAN Cymbals


Proses produksi ZILDJIAN Cymbals


Resep pengolahan logam rahasia ini diturunkan hanya kepada anak laki - laki tertua dari setiap generasi keluarga Zildjian, yang juga merangkap sebagai pewaris tunggal dari usaha turun temurun ini. Sedangkan adik - adiknya boleh ikut terlibat tetapi hanya berstatus sebagai pegawai dari kakak tertua mereka. Semuanya mulai menjadi rumit pada awal abad ke 19. Haroutian Zildjian pewaris usaha pada saat itu, mempunyai 2 putra. Avedis II (anak pertama) dan Kerope adiknya. Sesuai tradisi, Avedis II mewarisi usaha ini saat Haroutian wafat. Avedis II juga mempunyai 2 orang putra, Haroutian II dan Aram Zildjian. Sayangnya Avedis II wafat di saat kedua putranya masih di bawah umur. Maka kendali perusahaan pun dipegang oleh adik Avedis II, Kerope Zildjian. Kerope punya 12 orang anak, 2 putra : Diran & Levon Zildjian. Serta 10 putri, yaitu : Victoria (anak tertua dari 12 saudara), Akabi dan Filor (nama anggota keluarga yg lain hilang saat perang dunia 1). Bersama - sama mereka menjalankan perusahaan ini.

Perang dunia I ikut berdampak pada keluarga Zildjian. Termasuk exodusnya Haroutian II dan Aram Zildjian ke Amerika dan melebarkan usaha keluarga disana. Terbakarnya pabrik Zildjian di eropa yang menyebabkan kebangkrutan Zildjian di Istanbul. Kendali perusahaan pun jatuh ke tangan pihak ketiga. Yakko Toledo, distributor Zildjian untuk wilayah eropa mengambil alih manajemen perusahaan. Sementara proses produksi masih tetap dijalankan oleh keturunan dari Kerope Zildjian.

Di seberang samudera, Aram Zildjian yang mendengar tentang kondisi di Istanbul tergerak hatinya untuk pulang dan menyelamatkan usaha keluarganya. Meninggalkan Haroutian II tetap di Amerika. Namun karena kondisi politik Turki yg kacau (runtuhnya kesultanan Ottoman), Aram terpaksa membuka pabrik baru di Bukarest, Rumania. Haroutian II mempunyai seorang putra, Avedis III yg pada saat itu menjalankan bisnisnya sendiri di Boston, Amerika. Krisis ekonomi di eropa pada tahun 1928 membuat Zildjian di Istanbul dan Bukarest mengalami kesulitan. Hal itulah yg membuat Aram Zildjian memanggil Avedis III ke Bukarest. Menceritakan kepadanya sejarah keluarga Zildjian dan juga memberikan "Resep rahasia keluarga" kepada Avedis III. Memintanya untuk mengambil alih bisnis ini. Karena Avedis III adalah keturunan langsung dari Avedis II yang seharusnya mewarisi usaha keluarga yang saat ini dijalankan oleh keturunan dari Kerope Zildjian (adik dari Avedis II).

Mike Portnoy (ex-Dream Theater / Avenged Sevenfold) dibelakang "Siamese Monster" Set up drum yang ekstensif dan masif, perlu setidaknya Rp. 120 juta hanya untuk cymbal - cymbalnya. Salah satu endorser SABIAN.


Avedis III pun memboyong pamannya ke Amerika, berdua mereka membangun kembali usaha keluarga ini di pabrik baru mereka di Boston. Masalah baru muncul karena Avedis III tetap menggunakan nama Zildjian sebagai merk cymbal mereka. Padahal selama di Bukarest Aram telah menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan alat musik "Gerstch" dan menjual separuh hak ciptanya. Sementara di Istanbul seperti kita tahu. Manajemennya dijalankan oleh distributor mereka, "Yakko Toledo" yg juga memiliki separuh hak cipta dari cymbal yg diproduksi di Turki. Jadi pada saat itu ada 3 merk Zildjian beredar di pasaran : 
  1. K Zildjian (milik Yakko Toledo & keturunan dari Kerope Zildjian di Istanbul)
  2. Avedis Zildjian (milik Avedis III di amerika)
  3. Zildjian (bekas pabrik Aram Zildjian di Bukarest yg kini dikuasai Gerstch)
Namun keuntungan ada pada Avedis yg berada di Amerika, karena pasar cymbal yg paling besar ada disana. Disamping itu, Avedis juga meriset proses pembuatan cymbal dgn mesin yg tentu saja mengurangi ongkos produksi. Hal ini membuat Zildjian Amerika lebih murah dan lebih laku daripada Zildjian Istanbul dan Bukarest yg masih dikerjakan secara manual.





Akhir tahun 30'an Avedis III mencoba untuk membeli kembali hak cipta Zildjian dari Gerstch dan menutup pabrik di Bukarest namun gagal. Sementara itu di Istanbul revolusi Turki belum selesai. Pemerintah republik yg sekular mengeluarkan peraturan rasis. Warga keturunan Armenia tidak diperbolehkan lagi menggunakan nama berakhiran "Ian". Maka keturunan Kerope di Istanbul pun terpaksa merubah nama keluarga mereka menjadi "Zilcan". Namun merk dagang mereka tetap Zildjian, karena hak cipta mereka kini sepenuhnya dimiliki oleh Yakko Toledo.

Avedis menjalankan perusahaan secara terbuka. Dia menjalin kerjasama dgn para musisi, membuat cymbal sesuai dgn permintaan pasar dan menjalin komunikasi dgn para konsumennya. Tidak seperti saudaranya di Istanbul yg masih menjalankan proses produksi dan pemasaran dgn cara tradisional. Avedis III punya 2 orang putra, Armand dan Robert Zildjian. Keduanya pun ikut terlibat dalam bisnis keluarga ini. Armand dan Robert berhasil menyempurnakan proses pembuatan cymbal dgn mesin hasil riset ayah mereka. Namun Avedis III masih mempunyai 1 hal yg mengganggu pikirannya, yaitu nasib keluarga Zildjian di Istanbul. Maka pada tahun 1963 Avedis menyuruh Armand ke Turki untuk berbicara kepada Gerstch dan Yakko Toledo. Avedis ingin ketiga Zildjian yang ada di pasaran saat itu kembali bersatu di bawah pewaris sah keluarga Zildjian yaitu Avedis sendiri. Armand yg berwatak kaku tidak menghasilkan apapun dari perjalanannya ke Turki. Sampai akhirnya pada tahun 70'an Avedis mengirim Robert putra keduanya kembali ke Turki. Robert berhasil membuat kesepakatan dgn Gerstch, dan membeli kembali hak cipta Zildjian dari Yakko Toledo. Bahkan Robert pun memboyong seluruh keluarga Zilcan dari Turki, dan membangun pabrik baru untuk meneruskan produksi K Zildjian di Meductic, Kanada. Kini ketiga Zildjian kembali bersatu, namun mereka tetap mempertahankan 2 merk yg terlanjur beredar. Yaitu   
  • A Zildjian yg diproduksi di Boston, Amerika Serikat.
  • K Zildjian yg di produsi di Meductic, New Brunswick, Kanada.

 Robert Zildjian - pendiri Sabian Cymbals


 Armand Zildjian

Avedis Zildjian III wafat di tahun 1978. Armand sebagai putra tertua pun mewarisi tahta sebagai penerus usaha keluarga Zildjian. Beberapa tahun sepeninggal Avedis, perselisihan antara Armand dan Robert mulai muncul. Robert tidak menyukai cara Armand menjalankan perusahaan. Puncaknya pada tahun 1981, ketika Robert mengajukan tuntutan kepada Armand atas hak warisan dari ayah mereka. Pengadilan pun memutuskan memenangkan tuntutan Robert dgn beberapa klausul :
  • Robert berhak atas pabrik di Meductic, Kanada.  
  • Robert berhak untuk tetap membuat cymbal dgn resep rahasia keluarga mereka. 
  • Namun Robert dilarang menggunakan nama Zildjian atau meniru produknya dalam bentuk apapun.
  • Cymbal yg diproduksi Robert tidak boleh dijual di benua amerika sampai akhir tahun 1982.

Kedua belah pihak menerima putusan pengadilan tersebut. Robert pun mendirikan perusahaan baru dgn dibantu oleh seluruh keluarga Zildjian dari garis keturunan Kerope Zildjian yg diboyongnya dari Istanbul. Sementara Armand, tetap meneruskan usaha keluarga mereka seorang diri. Sejak saat itu Sabian cymbal resmi berdiri. Nama Sabian diambil dari nama ketiga anak Robert yaitu : Sally, Billy & Andy. Kini kedua perusahaan tsb tetap berdiri dan terus bersaing sebagai produsen cymbal terbaik di dunia. Zildjian saat ini dipimpin oleh putri sulung Armand, Debbie Zildjian. Sedangkan Sabian dikepalai oleh putra bungsu Robert, Andy Zildjian. Sebetulnya masih ada kemiripan antara barang yang diproduksi oleh 2 perusahaan tsb sampai sekarang. Contohnya :
  • Seri produk “K Zildjian” yg masih diproduksi secara manual dengan tangan oleh Zildjian mirip dgn seri “HH (Hand Hammered)” di Sabian.
  • Seri “Avedis Zildjian” yang diproduksi dengan mesin oleh Zildjian mirip dengan seri “AA (Automated Anvil)” di Sabian


Dan masih banyak lagi. Namun seiring dengan perkembangan dan riset dari masing2 pihak, kini produk dari Zildjian dan Sabian tak sulit untuk dibedakan.

Fajar berharap tulisan ini bermanfaat bagi anda yg bersedia meluangkan waktu untuk membacanya. Khususnya bagi anda para drummer dan para penikmat musik dan gear freaks. Sejarah ada bukan hanya sebagai dongeng, tapi agar kita bisa lebih menghargai keberadaan tentang suatu hal pada saat ini. Apakah itu sebuah alat musik, perabot rumah, kendaraan bermotor atau bahkan hanya sebuah minuman ringan semuanya mempunyai cerita latar belakang dan sejarah yg menarik untuk ditelaah. Ingatlah bahwa lukisan termahal biasanya adalah lukisan yg mempunyai cerita atau sejarah dibalik pembuatannya.

(Fajar - dari berbagai sumber)

0 komentar

Posting Komentar