Saat Avedis, seorang
pandai besi keturunan Armenia mencari cara untuk membuat emas tiruan.
Dia mencampur bijih Tembaga dan timah dengan sedikit sepuhan perak, lalu
mencetaknya dalam bentuk lembaran cakram. Tak disangka Avedis malah
menemukan campuran logam yg mempunyai bunyi unik, tahan pukul serta
tampilan yg menarik. Campuran logam ini membuat Avedis diangkat menjadi
pegawai kesultanan Ottoman sebagai pembuat cymbal untuk angkatan perang
mereka. Bahkan Sultan Osman II memberi gelar "Zildjian" kepada Avedis yg
berarti Zil (cymbal), Dji (pembuat), Ian (bahasa Turki untuk "bin" atau
anak dari). Avedis mengabdi kepada Sultan sampai tahun 1623. Dimana
Sultan mengijinkannya untuk membuka toko dan bengkel produsi di tengah
kota Konstatinopel (sekarang Istanbul). Maka sejak saat itu Zildjian
resmi berdiri dan beroperasi, sebagai produsen cymbal no. 1 di dunia.
Zildjian memproduksi dan menjual cymbal yang dibuat dari campuran
logam rahasianya selama ratusan tahun. Hingga pada tahun 1971, Robert
Zildjian membongkar resepnya." 80% tembaga, 20% timah dan sedikit
sepuhan perak. Ini hampir sama dgn perunggu pada umumnya. Tapi kalau
anda membuat perunggu dgn campuran tsb, dan mencetaknya dalam bentuk
cymbal. Anda akan mendapatkan keripik kentang dari bahan logam, yg
hancur pada pukulan pertama. Sebetulnya bukan campuran rahasia, tapi
proses pencampuran, pencetakan, dan pengolahannyalah yang menjadi
rahasia dari keluarga kami. Kakek kami menemukannya 4 abad yg lalu
kemudian mewariskannya secara turun - temurun kepada kami." kata Robert
Zildjian, keturunan ke 12 dari Avedis Zildjian (pendiri Sabian cymbal).
Proses produksi SABIAN Cymbals
Proses produksi ZILDJIAN Cymbals
Resep pengolahan logam rahasia ini diturunkan hanya kepada anak laki -
laki tertua dari setiap generasi keluarga Zildjian, yang juga merangkap
sebagai pewaris tunggal dari usaha turun temurun ini. Sedangkan adik -
adiknya boleh ikut terlibat tetapi hanya berstatus sebagai pegawai dari
kakak tertua mereka. Semuanya mulai menjadi rumit pada awal abad ke 19.
Haroutian Zildjian pewaris usaha pada saat itu, mempunyai 2 putra.
Avedis II (anak pertama) dan Kerope adiknya. Sesuai tradisi, Avedis II
mewarisi usaha ini saat Haroutian wafat. Avedis II juga mempunyai 2
orang putra, Haroutian II dan Aram Zildjian. Sayangnya Avedis II wafat
di saat kedua putranya masih di bawah umur. Maka kendali perusahaan pun
dipegang oleh adik Avedis II, Kerope Zildjian. Kerope punya 12 orang
anak, 2 putra : Diran & Levon Zildjian. Serta 10 putri, yaitu : Victoria
(anak tertua dari 12 saudara), Akabi dan Filor (nama anggota keluarga
yg lain hilang saat perang dunia 1). Bersama - sama mereka menjalankan
perusahaan ini.
Perang dunia I ikut berdampak pada keluarga Zildjian. Termasuk
exodusnya Haroutian II dan Aram Zildjian ke Amerika dan melebarkan usaha
keluarga disana. Terbakarnya pabrik Zildjian di eropa yang menyebabkan
kebangkrutan Zildjian di Istanbul. Kendali perusahaan pun jatuh ke
tangan pihak ketiga. Yakko Toledo, distributor Zildjian untuk wilayah
eropa mengambil alih manajemen perusahaan. Sementara proses produksi
masih tetap dijalankan oleh keturunan dari Kerope Zildjian.
Di seberang samudera, Aram Zildjian yang mendengar tentang kondisi di
Istanbul tergerak hatinya untuk pulang dan menyelamatkan usaha
keluarganya. Meninggalkan Haroutian II tetap di Amerika. Namun karena
kondisi politik Turki yg kacau (runtuhnya kesultanan Ottoman), Aram
terpaksa membuka pabrik baru di Bukarest, Rumania. Haroutian II
mempunyai seorang putra, Avedis III yg pada saat itu menjalankan
bisnisnya sendiri di Boston, Amerika. Krisis ekonomi di eropa pada tahun
1928 membuat Zildjian di Istanbul dan Bukarest mengalami kesulitan. Hal
itulah yg membuat Aram Zildjian memanggil Avedis III ke Bukarest.
Menceritakan kepadanya sejarah keluarga Zildjian dan juga memberikan
"Resep rahasia keluarga" kepada Avedis III. Memintanya untuk mengambil
alih bisnis ini. Karena Avedis III adalah keturunan langsung dari Avedis
II yang seharusnya mewarisi usaha keluarga yang saat ini dijalankan
oleh keturunan dari Kerope Zildjian (adik dari Avedis II).
Mike Portnoy (ex-Dream Theater / Avenged Sevenfold) dibelakang "Siamese Monster" Set up drum yang ekstensif dan masif, perlu setidaknya Rp. 120 juta hanya untuk cymbal - cymbalnya. Salah satu endorser SABIAN.
Avedis III pun memboyong pamannya ke Amerika, berdua mereka membangun
kembali usaha keluarga ini di pabrik baru mereka di Boston. Masalah
baru muncul karena Avedis III tetap menggunakan nama Zildjian sebagai
merk cymbal mereka. Padahal selama di Bukarest Aram telah menjalin
kerjasama dengan sebuah perusahaan alat musik "Gerstch" dan menjual
separuh hak ciptanya. Sementara di Istanbul seperti kita tahu.
Manajemennya dijalankan oleh distributor mereka, "Yakko Toledo" yg juga
memiliki separuh hak cipta dari cymbal yg diproduksi di Turki. Jadi pada
saat itu ada 3 merk Zildjian beredar di pasaran :
- K Zildjian (milik Yakko Toledo & keturunan dari Kerope Zildjian di Istanbul)
- Avedis Zildjian (milik Avedis III di amerika)
- Zildjian (bekas pabrik Aram Zildjian di Bukarest yg kini dikuasai Gerstch)
Namun keuntungan ada
pada Avedis yg berada di Amerika, karena pasar cymbal yg paling besar
ada disana. Disamping itu, Avedis juga meriset proses pembuatan cymbal
dgn mesin yg tentu saja mengurangi ongkos produksi. Hal ini membuat
Zildjian Amerika lebih murah dan lebih laku daripada Zildjian Istanbul
dan Bukarest yg masih dikerjakan secara manual.
Akhir tahun 30'an Avedis III mencoba untuk membeli kembali hak cipta
Zildjian dari Gerstch dan menutup pabrik di Bukarest namun gagal.
Sementara itu di Istanbul revolusi Turki belum selesai. Pemerintah
republik yg sekular mengeluarkan peraturan rasis. Warga keturunan
Armenia tidak diperbolehkan lagi menggunakan nama berakhiran "Ian". Maka
keturunan Kerope di Istanbul pun terpaksa merubah nama keluarga mereka
menjadi "Zilcan". Namun merk dagang mereka tetap Zildjian, karena hak
cipta mereka kini sepenuhnya dimiliki oleh Yakko Toledo.
Avedis menjalankan perusahaan secara terbuka. Dia menjalin kerjasama
dgn para musisi, membuat cymbal sesuai dgn permintaan pasar dan menjalin
komunikasi dgn para konsumennya. Tidak seperti saudaranya di Istanbul
yg masih menjalankan proses produksi dan pemasaran dgn cara tradisional.
Avedis III punya 2 orang putra, Armand dan Robert Zildjian. Keduanya
pun ikut terlibat dalam bisnis keluarga ini. Armand dan Robert berhasil
menyempurnakan proses pembuatan cymbal dgn mesin hasil riset ayah
mereka. Namun Avedis III masih mempunyai 1 hal yg mengganggu pikirannya,
yaitu nasib keluarga Zildjian di Istanbul. Maka pada tahun 1963 Avedis menyuruh
Armand ke Turki untuk berbicara kepada Gerstch dan Yakko Toledo. Avedis
ingin ketiga Zildjian yang ada di pasaran saat itu kembali bersatu di
bawah pewaris sah keluarga Zildjian yaitu Avedis sendiri. Armand yg
berwatak kaku tidak menghasilkan apapun dari perjalanannya ke Turki.
Sampai akhirnya pada tahun 70'an Avedis mengirim Robert putra keduanya
kembali ke Turki. Robert berhasil membuat kesepakatan dgn
Gerstch, dan membeli kembali hak cipta Zildjian dari Yakko Toledo.
Bahkan Robert pun memboyong seluruh keluarga Zilcan dari Turki, dan
membangun pabrik baru untuk meneruskan produksi K Zildjian di Meductic,
Kanada. Kini ketiga Zildjian kembali bersatu, namun mereka tetap
mempertahankan 2 merk yg terlanjur beredar. Yaitu
- A Zildjian yg diproduksi di Boston, Amerika Serikat.
- K Zildjian yg di produsi di Meductic, New Brunswick, Kanada.
Robert Zildjian - pendiri Sabian Cymbals
Armand Zildjian
Avedis Zildjian III wafat di tahun 1978. Armand sebagai putra tertua pun mewarisi tahta sebagai penerus usaha keluarga Zildjian. Beberapa tahun sepeninggal Avedis, perselisihan antara Armand dan Robert mulai muncul. Robert tidak menyukai cara Armand menjalankan perusahaan. Puncaknya pada tahun 1981, ketika Robert mengajukan tuntutan kepada Armand atas hak warisan dari ayah mereka. Pengadilan pun memutuskan memenangkan tuntutan Robert dgn beberapa klausul :
- Robert berhak atas pabrik di Meductic, Kanada.
- Robert berhak untuk tetap membuat cymbal dgn resep rahasia keluarga mereka.
- Namun Robert dilarang menggunakan nama Zildjian atau meniru produknya dalam bentuk apapun.
- Cymbal yg diproduksi Robert tidak boleh dijual di benua amerika sampai akhir tahun 1982.
Kedua belah pihak menerima putusan pengadilan tersebut. Robert pun
mendirikan perusahaan baru dgn dibantu oleh seluruh keluarga Zildjian
dari garis keturunan Kerope Zildjian yg diboyongnya dari Istanbul. Sementara
Armand, tetap meneruskan usaha keluarga mereka seorang diri. Sejak saat
itu Sabian cymbal resmi berdiri. Nama Sabian diambil dari nama ketiga
anak Robert yaitu : Sally, Billy & Andy. Kini kedua perusahaan tsb
tetap berdiri dan terus bersaing sebagai produsen cymbal terbaik di
dunia. Zildjian saat ini dipimpin oleh putri sulung Armand, Debbie
Zildjian. Sedangkan Sabian dikepalai oleh putra bungsu Robert, Andy
Zildjian. Sebetulnya masih ada kemiripan antara barang yang diproduksi
oleh 2 perusahaan tsb sampai sekarang. Contohnya :
- Seri produk “K Zildjian” yg masih diproduksi secara manual dengan tangan oleh Zildjian mirip dgn seri “HH (Hand Hammered)” di Sabian.
- Seri “Avedis Zildjian” yang diproduksi dengan mesin oleh Zildjian mirip dengan seri “AA (Automated Anvil)” di Sabian.
Fajar berharap tulisan ini bermanfaat bagi anda yg bersedia
meluangkan waktu untuk membacanya. Khususnya bagi anda para drummer dan
para penikmat musik dan gear freaks. Sejarah ada bukan hanya sebagai
dongeng, tapi agar kita bisa lebih menghargai keberadaan tentang suatu
hal pada saat ini. Apakah itu sebuah alat musik, perabot rumah,
kendaraan bermotor atau bahkan hanya sebuah minuman ringan semuanya
mempunyai cerita latar belakang dan sejarah yg menarik untuk ditelaah.
Ingatlah bahwa lukisan termahal biasanya adalah lukisan yg mempunyai
cerita atau sejarah dibalik pembuatannya.
(Fajar - dari berbagai sumber)
0 komentar
Posting Komentar